Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat).
Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan
sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini.
Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta
bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu,[1][2] yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut.[3][4] Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.[5][6]
Adalah Georges Lemaître,
seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan
dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai
"hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya,
sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan
ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang
sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi
titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.[7]
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang
terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu.
Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem.[8][9][10] Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori
tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun
pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk
menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan
perubahan umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut.
Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai
dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses
nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada
awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan
secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap"
bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara
eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah
digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.[11][12][13] Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar